This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Thursday, July 10, 2008

GSM (Global System for Mobile comunication)

Sebelumnya saya sudah pernah posting mengenai CDMA network di http://garfield-cisco.blogspot.com/2007/09/cdma-network.html
sekarang saya mau bahas tentang tekhnologi yang lebih dahulu ada sebelum tekhnologi CDMA.
berikut ulasannya.

1. Sejarah dan Perkembangan GSM

Pada awal tahun 80-an, teknologi telekomunikasi seluler mulai berkembang dan banyak digunakan. Tapi teknologinya masih analog, seperti AMPS, TACS, dan NMT. Tapi karena menggunakan teknologi yang masih analog, beberapa system yang dikembangkan di beberapa negara yang berbeda tidak saling kompatibel satu dengan yang lainnya, sehingga mobilitas user sangat terbatas pada suatu area system teknologi tertentu saja.

Untuk mengatasi keterbatasan yang terdapat pada sistem-sistem analog sebelumnya, pada tahun 1982, negara – negara Eropa membentuk sebuah organisasi bertujuan untuk menentukan standard-standard telekomunikasi mobile yang dapat dipakai di semua Negara Eropa. Organisasi ini diberi nama Group Speciale Mobile (GSM). Pembentukan organisasi ini dilatarbelakangi oleh keadaan di tiap-tiap negara Eropa pada ssat itu yang masih menggunakan system telekomunikasi wireless yang analog dan tidak compatible antara negara, sehingga tidak memungkinkan dilakukannya roaming antar negara. Organisasi ini kemudian menghasilkan standard-standard telekomunikasi bergerak yang kemudian dikenal dengan GSM (Global System for Mobile communication).

GSM sendiri mulai diimplementasikan di negara eropa pada awal tahun 1990-an. Pemakaian GSM kemudian meluas ke Asia dan benua Amerika. Pada saat ini GSM merupaka teknologi komunikasi bergerak yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Pada akhir tahun 2005, pelanggan GSM di dunia sudah mencapai 1,5 billion pelanggan dan merupakan teknologi yang paling banyak digunakan. Tabel di bawah ini menujukan perkembangan-perkembangan penting yang terkait dengan pengimplementasian GSM dan juga perkembangan teknologi seluler lainnya.

gsmarc71.JPG



GSM adalah sebuah teknologi komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua (2G). Perbedaan utama sistem 2G dengan teknologi sebelumnya (1G) terletak pada teknologi digital yang digunakan. Keuntungan teknologi generasi kedua dibanding dengan teknologi generasi pertama antara lain sebagai berikut :

  • Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunkan teknologi TDMA (digital), dimana penggunaan sebuah kanal tidak diperuntukan bagi satu user saja. Sehingga pada saat user tersebut tidak mengirimkan informasi, kanal dapat digunakan oleh user lain. Hal ini berlawanan dengan teknologi FDMA yang digunakan pada generasi pertama.
  • Teknologi yang dikembangkan di negara-negara yang berbeda merujuk pada standard intrenasional sehingga sistem pada negara – negara yang berbeda tersebut masih tetap kompatible satu dengan lainnya sehingga dimungkinkannya roaming antara negara.
  • Dengan menggunakan teknologi digital, service yang ditawarkan menjadi lebih beragam, dan bukan hanya sebatas suara saja, dapi juga memungkinkan diimplementasikannya service-service yang berbasis data, seperti SMS dan juga pengiriman data dengan kecepatan rendah.
  • Penggunaan teknologi digital juga menjadikan keamanan sistem lebih baik. Dimana dimungkinkan utk melakukan encripsi dan chipering informasi.


2. Spesifikasi Teknis GSM

Di Eropa, pada awalnya GSM didesign untuk beroperasi pada band frekwensi 900 MHz, dimana untuk frekwensi uplinknya digunakan frekwensi 890-915 MHz, dan frekwensi downlinknya menggunakan frewkwensi 935 – 960 MHz. Dengan bandwidth sebesar 25 MHZ yang digunakan ini (915 - 890 = 960 – 935 = 25 MHz), dan lebar kanal sebasar 200 kHz, maka akan didapat 125 kanal, dimana 124 kanal digunakan untuk voice dan 1 kanal untuk signaling.

Pada perkembangannya, jumlah kanal sebanyak 124 kanal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan yang disebabkan pesatnya pertambahan jumlah subscriber. Untuk memenuhi kebutuhan kanal yang lebih banyak ini, maka regulator GSM di Eropa mencoba menggunakan tambahan frekwensi untuk GSM pada band frekwensi di range 1800 MHZ, yaitu band frekwensi pada 1710-1785 MHz sebagai frekwensi uplink dan frekwensi 1805-1880 MHZ sebagai frekwensi downlinknya. Kemudian GSM dengan band frekwensi 1800 MHZ ini dikenal dengan sebutan GSM 1800. Pada GSM 1800 ini tersedia bandwidth sebesar 75 MHz (1880-1805 = 1785-1710 = 75 MHz). Dengan lebar kanal tetap sama seperti GSM 900, yaitu 200 KHz, maka pada GSM 1900 akan tersedia kanal sebanyak 375 kanal.

GSM yang awalnya hanya digunakan di Eropa, kemudian meluas ke Asia dan Amerika. Di Amerika Utara, dimana sebelumnya sudah berkembang teknologi lain yang menggunakan frekwensi 900 MHZ dan juga 1800 MHz, sehingga frekwensi ini tidak dapat lagi digunakan untuk GSM. Maka regulator telekomunikasi di sini memberikan alokasi frekwensi 1900 MHZ untuk peng-implementasian GSM di Amerika Utara. Pada GSM 1900 ini, digunakan frekwensi 1930-1990 MHz sebagai frewkwensi downlink dan frekwensi 1850-1910 MHz sebagai frewkwensi uplinknya. Spesifikasi lengkap tentang GSM 900, GSM 1800, dan GSM 1800 dapat dilihat di table di bawah ini.

gsmarc2.JPG

Di Eropa, standard-standard GSM kemudian juga digunakan untuk komunikasi railway, yang kemudian dikenal dengan nama GSM-R.

3. Arsitektur Jaringan GSM

gsm_arsi.JPG

Gambar Arsitektur jarinan GSM secara umum

Secara umum, network element dalam aristektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi :

  1. Mobile Station (MS)
  2. Base Station Sub-system (BSS)
  3. Network Sub-System (NSS)
  4. Operation and Support System

Secara bersama-sama, keseluruhan network element di atas akan membentuk sebuah PLMN (Public Land Mobile Network)

3.1 Mobile Station (MS)

Mobile Station (MS) adalah perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk melakukan pembicaraan. Secara umum sebuah Mobile System terdiri dari :

  • Mobile Equipment (ME) atau handset
  • Subscriber Identity Module (SIM) atau Sim card

gsmarc6.JPG

Gambar ME dan SIM

3.1.1 Mobile Equipment (ME)

Mobile Equipment (ME) atau handset adalah perangkat GSM yang berada di sisi pelanggan yang berfungsi sebagai terminal transceiver (pengirimdan penerima sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya. Secara international, ME diidentifikasi dengan IMEI (International Mobile Equipment Identity) dan data IMEI ini disimpan oleh EIR untuk keperluan authentikasi, apakah mobile equipment yang bersangkutan dijinkan untuk melakuan hubungan atau tidak. Gambar di bawah ini menunujukan format penomoran IMEI.

gsmarc_imei.JPG

Gambar Format penomoran IMEI

  • TAC (Type Approval Code), adalah kode yang diberikan pada saat Mobile Equipment ditest sebelum ME tersebut dijual ke pasar.
  • FAC (Final Assembly Code), menunjukan kode manufaktur/pabrik.
  • SNR (Serial Number)
  • SP (Spare field)

3.1.2 Subscriber Identity Module (SIM)

Subscriber Identity Module (SIM) adalah sebuah smart card yang berisi seluruh informasi pelanggan dan beberapa informasi service yang dimilikinya. Mobile Equipment (ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM card di dalamnya, kecuali untuk panggilan emergency (SOS) dapat dilakukan tanpa menggunakan SIM card. Secara umum informasi/data yang disimpan di dalam SIM adalah sebagai berikut :

  • IMSI (International Mobile Subscriber Identity) adalah penomoran pelanggan yang akan selalu unik di seluruh dunia. Gambar di bawah ini menunjukan format penomoran IMSI.

    gsmarc_imsi.JPG

    Gambar Format penomoran IMSI

- MCC (Mobile Country Code)

- MNC (Mobile Network Code)

- MSIN (Mobile Subscriber Identification Number)

  • MSISDN (Mobile Subscriber ISDN)

    gsmarc_msisdn.JPG
    Gambar Format penomoran MSISDN

MSISDN adalah nomor yang merupakan nomor panggil pelanggan.

- CC (Country Code)

- NDC (National Destination Code)

- SN (Subscriber Number)

Sebagai contoh MSISDN 62 811 970399 => CC= 62, NDC = 811, SN = 970399.

  • Authentication Key (Ki), alogorithma authentikasi A3 dan A8, PIN dan PUK (PIN Unblocking Key).
  • Data network yang bersifat temporer/sementara, seperti : TMSI (Temporary Mobile Subscriber Identity), LAI (Location Area Identity), Kc, Forbidden PLMN.
  • Data yang terkait dengan service, seperti : SMS, setingan bahasa,dll.

Secara functionality, sebuah MS mempunyai fungsi-fungis sebagai Radio Resource Management, Mobility Management, dan juga sebagai Communication Management.

3.2 Base Station Sub-system (BSS)

Secara umum, Base Station Sub-system terdiri dari BTS (Base Transceiver Station) dan BSC (Base Station Controller).

3.2.1 Base Transceiver Station (BTS)

BTS adalah perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan MS. BTS berhubungan dengan MS melalui air interface atau disebut juga Um Inteface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal komunikasi dari/ke MS yang menyediakan radio interface antara MS dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai transceiver, maka bentuk pisik sebuah BTS adalah tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver. Sebuah BTS dapat mecover area sejauh 35 km. Area cakupan BTS ini disebut juga dengan cell. Sebuah cell dapat dibentuk oleh sebuah BTS atau lebih, tergantung dari bentuk cell yang diinginkan. Fungsi dasar BTS adalah sebagai Radio Resource Management, yaitu melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan :

  • meng-asign channel ke MS pada saat MS akan melakukan pembangunan hubungan.
  • menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS, juga mengirimkan/menerima sinyaldengan frekwensi yang berbeda-beda dengan hanya menggunakan satu antena yang sama.
  • mengontrol power yang di transmisikan ke MS.
  • Ikut mengontrol proces handover.
  • Frequency hopping

3.2.2 Base Station Controller

BSC adalah perangkat yang mengontrol kerja BTS-BTS yang secara hiraki berada di bawahnya. BSC merupakan interface yang menghubungkan antara BTS (komunikasi menggunakan A-bis interface) dan MSC (komunikasi menggunakan A interface).

  • Melakukan fungsi radio resource management pada BTS-BTS yang ada di bawahnya.
  • Mengontrol proces handover inter BSC dan juga ikut serta dalam proces handover intra BSC.
  • Menghubungkan BTS-BTS yang berada di bawahnya dengan OMC sebagai pusat operasi dan maintenance.
  • Ikut terlibat dalam proces Call Control seperti call setup, routing, mengontrol dan men-ternimate call.
  • Melakukan dan mengontrol proces timing advance control, yaitu mengontrol sinyal-sinyal yang diterima dari MS yang bergerak, sehingga tidak saling overlap.

3.3 Network Sub-System

3.3.1 Mobile Switching Center (MSC)

MSC adalah network element central dalam sebuah jaringan GSM. Semua hubungan (voice call/transfer data) yang dilakukan oleh mobile subscriber selalu menggunakan MSC sebagai pusat pembangunan hubungannya. Pada umumnya, MSC memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

  • Switching dan Call Routing : Sebuah MSC mengontrol proces pembangunan hubungan (call set up), mengontrol hubungan yang telah terbangun, dan me-release call apabila hubungan telah selesai. Dalam hal ini, MSC akan berkomunikasi dengan banyak network element lain seperti NE BSS, VAS, dan IN. MSC juga melakukan fungsi routing call ke PLMN lain (operator seluler lain ataupun jaringan PSTN).
  • Charging : Untuk pelanggan pre-paid, MSC akan selalu berkomunikasi dengan IN yang melakukan fungsi online charging. Selain itu, MSC juga akan mencatat semua informasi tentang sebuah call dalam bentuk CDR (Call Detail Record).
  • Berkomunikasi dengan network element lainnya (HRL,VLR, IN, network element VAS, dan MSC lainnya) : MSC akan berkomunikasi dengan HLR dan VLR terutama dalam proces pembangungan hubungan (call set up), call routing (di HLR disimpan lokasi terakhir MS tujuan dan untuk merouing call tersebut ke MS yang sedang meng-cover MS tujuan, HLR akan meminta informasi routing ke MSC yang sedang meng-cover MS pemanggil) dan call release. MSC akan berhubungan dengan network element VAS seperti SMSC, MMSC, RBT server, dll, dalam rangka proces delivery content service-service VAS tersebut ke MS tujuan. MSC akan berhubungan dengan MSC lain dalam hal proces call setup (trmasuk call routing), dan juga mengontrol process handover antar cell yang terletak pada 2 MSC yang berbeda.
  • Mengontrol BSC yang terhubung dengannya : Sebuah MSC dapat terhubung dengan 1 BSC atau lebih. MSC akan mengontrol dan berkomunkasi dengan BSC dalam hal call setup, location update, handover inter MSC (handover antara 2 cell yang terdapat pada 2 BSC yang berbeda tapi masih dalam 1 MSC yang sama).

3.3.2 Home Location Register (HLR)

HLR adalah network element yang berfungsi sebagai sebuah database untuk penyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat inforamsi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi terakhir dimana pelanggan berada. Informasi lokasi ini akan diupdate apabila pelanggan berpinah dan memasuki coverage area suatu MSC yang baru. Informasi-informasi yang disimpan di HLR adalah :

- Identitas pelanggan (IMSI, MSISDN)

- Suplementary service pelanggan

- Informasi lokasi terakhir pelanggan

- Informasi Authentikasi pelanggan

HLR juga akan selalu berkomunikasi dengan AuC dalam hal melakukan retrieving parameter authentikasi yang baru setiap saat sebelum segala jenis aktvitas pelanggan dilakukan.

3.3.3. Visitor Location Register (VLR)

VLR adalah network element yang berfungsi sebagai sebuah database yang menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR (setiap MSC akan memiliki 1 VLR sendiri) tersebut (melakukan Roaming). Informasi pelanggan yang ada di VLR ini pada dasarnya adalah copy-an dari informasi pelanggan yang ada di HLR-nya. Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan hubungan baik Incoming (panggilan masu) maupun Outgoing (panggilan keluar). VLR bertindak sebagai data base pelanggan yang bersifat dinamis, karena selalu berubah setiap waktu, menyesuaikan dengan pelanggan yang memasuki atau berpindah dalam suatu area cakupan suatu MSC. Data yang tersimpan dalam VLR secara otomatis akan selalu berubah mengikuti pergerakan pelanggan. Ketika pelanggan bergerak meninggalkan area suatu MSC dan menuju area MSC lainnya, maka informasinya akan dicatat di VLR MSC barunya dan dihapus dari VLR sebelumnya. Dengan demikian posisi pelanggan dapat dimonitor secara terus menerus dan hal ini akan memungkinkan MSC untuk melakukan penyambungan pembicaraan/SMS dari/ke pelanggan ini ke dengan pelanggan lain. VLR selalu berhubungan secara intensif dengan HLR yang berfungsi sebagai sumber data pelanggan.

Bila sebuah MS bergerak keluar coverage area suatu MSC menuju coverage MSC yang lain, maka yang terjadi adalah :

  • VLR MSC yang baru akan meng-check di daabase-nya apakah record MS tersebut sudah ada atau belum. Proces pengecheckan dilakukan dengan menggunakan IMSI.

  • Jika recordnya belum ada, maka VLR akan mengirimkan request ke HLR MS tersebut untuk mengirimkan copy-an data MS tersebut yang ada di HLR-nya.

  • HLR akan mengirimkan informasi MS tersebut ke VLR tjuan dan juga meng-update informasi lokasi MS tersebut di database HLR. HLR kemudian akan mengintruksikan VLR sebelumnya(asal) untuk menghapus informasi MS tersebut di databasenya.

  • VLR yang baru akan menyimpan informasi MS tersbut, termasuk lokasi terakhir dan statusnya.

3.3.4 Authentication Center (AuC)

AuC menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memeriksa keabsahan pelanggan, sehingga usaha untuk mencoba mengadakan hubungan pembicaraan bagi pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan. Disamping itu AuC berfungsi untuk menghindarkan adanya pihak ke tiga yang secara tidak sah mencoba untuk menyadap pembicaraan. Dengan fasilitas ini,maka kerugian yang dialami pelanggan sistem selular analog saat ini akibat banyaknya usaha memparalel, tidak mungkin terjadi lagi pada GSM. Sebelum proses penyambungan switching dilaksanakan sistem akan memeriksa terlebih dahulu, apakah pelanggan yang akan mengadakan pembicaraan adalah pelanggan yang sah.

AuC menyimpan informasi mengenai authentication dan chipering key. Karena fungsinya yang mengharuskan sangat khusus, authentication mempunyai algoritma yang spesifik, disertai prosedur chipering yang berbeda untuk masing-masing pelanggan. Kondisi ini menyebabkan AuC memerlukan kapasitas memory yang sangat besar. Wajar apabila GSM memerlukan kapasitas memory sangat besar pula. Karena fungsinya yang sangat penting, maka operator selular harus dapat menjaga keamanannya agar tidak dapat diakses oleh personil yang tidak berkepentingan. Personil yang mengoperasikan dilengkapi dengan chipcard dan juga password identitas dirinya. Tabel di bawah ini menunjukan data-data yang disimpan di HLR dan VLRdan AuC.

gsmarc3.JPG

3.3.5 Equipment Identity Registration (EIR)

EIR memuat data-data peralatan pelanggan (Mobile Equipment) yang diidentifikasikan dengan IMEI (International Mobile equipment Identity). Data Mobile Equipment yang di simpan di EIR dapat dibagi atas 3 (tiga) kategori:

  • Peralatan yang diijinkan untuk mengadakan hubungan pembicaraan kemanapun
  • Peralatan yang dibatasi dan hanya diijinkan mengadakan hubungan pembicaraan ketujuan yang terbatas
  • Peralatan yang sama sekali tidak diijinkan untuk berkomunikasi

Kebaradaan EIR belum distandardisasi secara penuh, oleh karena itu belum dioperasikan di semua operator. Masih diperlukan klasifikasi dan penyempurnaan yang berkaitan dengan aspek hukum. Di Indonesia sendiri, belum ada operator seluler yang mengimplementasikan EIR. Bila EIR digunakan, maka operator dapat melakukan pemblokiran terhadap handaset (INGat, bukan pemblokiran nomor pelanggan, tapi pemblokiran handset (pesawat telponnya)) yang digunakan oleh pelanggan. Sehingga apabila ada handset pelanggan yang hilang, maka pelangan dapat mengajukan agar handaset tersebut diblokir sehingga tidak akan pernah dapat digunakan lagi oleh orang lain. Dengan pengimplementasian EIR ini tentu akan dapat mengurangi kasus-kasus pencurian handphone, karena si pemilik dapat meminta agar handphonenya yang sudah dicuri diblokir dan tidak dapat digunakan lagi. Sehingga motivasi para pencuri untuk melakukan pencurian handphone akan berkurang.

Berdasarkan keterangan-keterangan pada sub bab - sub bab di atas, distribusi lokasi informasi-informasi yang diperlukan dalam proces authentikasi pada network elemen-network elemen jaringan GSM dapat digambarkan sebagai berikut :

gsmarc41.JPG

3.4 Operation and Support System (OSS)

Operation and Support System (OSS) sering juga disebut dengan OMC (Operation and Maintenance Center, adalah sub system jaringan GSM yang berfungsi sebagai pusat pengendalian dan maintenance perangkat (network element) GSM yang terhubung dengannya. Tiap-tiap network element mempunyai perangkat OMC-nya sendiri-sendiri, misalnya network element NSS mempunyai perangkat OMC sendiri, network element BSS mempunyai perangkat OMC sendiri, network element VAS juga memiliki perangkat OMC sendiri. Biasanya, di banyak operator semua perangkat OMC ini diletakan di dalam satu ruangan OMC yang terpusat.

OMC pada umumnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :

  • Fault Management : Memonitor keadaan/kondisi tiap-tiap network element yang terhubung dengannya. Dalam hal ini, OMC akan selalu menerima alarm dari network element yang menunjukan kondisi di network element yang dimonitor, apakah ada probelm di newtwork element atau tidak.
  • Configuration Management : sebagai interface untuk melakukan/merubah configurasi network element yang terhubung dengannya.
  • Performance Management : Berapa OMC ada yang dilengkapi juga dengan fungsi performance management, yaitu fungsi untuk memonitor performance dari network element yang terhubung dengannya.
  • Inventory Management : OMC juga dapat berfungsi sebagai inventorty management, karena di database OMC terdapat informasi tentang aset yang berupa network element, seperti jumlah dan konfigurasi seluruh network element, dan juga kapasitas network element.

Gambar di bawah ini menunjukan contoh diagaram sebuah OMC yang memonitor berbagai macam network elements.

gsmarc5.JPG

5. Refferensi

  • Heine, Gunnar., “GSM Networks: Protocols, Terminology, and Implementation”, Artech House, London, 1999.
  • Sauter, Martin, “Communication System for Mobile Information Society”, John Willey & Son Ltd, 2006.
  • “GSM, GPRS & EDGE Overview”, Commserv Netwrok Education Division Indonesia.
  • Modul kuliah : Sistem Komunikasi Bergerak : Arsitektur dasar dan Fungsi Perangkat Standar Sistem Cellular, STT Telkom, Bandung, 2006.
  • http://kbs.cs.tu-berlin.de/~jutta/gsm/js-intro.html (A Brief Overview of GSM).
  • https://styx.uwaterloo.ca/~jscouria/GSM/gsmreport.html (Overview of the Global System for Mobile Communications)
source:
mobileindonesia.net
mblank.multiply.com

ERLANG

Temen2 yang kerja di O&M pasti dah familiar banget ma nih "erlang"
sebenernya apa sih tuh erlang, kita bahas perlahan namun pasti.. :D

Erlang adalah satuan intensitas trafik yang diambil dari nama seorang ilmuan Denmark, Agner Krarup Erlang (1878-1929).

Agner Krarup Erlang (1878-1929)



Erlang juga dapat diartikan sebagai jumlah rata-rata saluran yang diduduki secara bersamaan dalam periode waktu tertentu.

A = Y * S

A = N * P

Dimana :

A = Trafic flow (dalam Erlang)

Y = Jumlah call per satuan waktu

S = Holding time rata-rata

N = Jumlah total subscriber

P = Trafik rata per subscriber

Contoh :

Misalkan ada suatu sentarl telepon dengan data data sebagai berikut :

- dalam 1 jam rata-rata terdapat 1800 panggilan baru

- Waktu pendudukan rata setiap panggilan adalah 3 menit

maka :

Intensitas tarfik = 1800 x 3/60 = 90 Erlang

Ada = 1800/60 = 30 call/menit = 0,5 call/detik à Y

S = 3 x 60 = 180 detik

A = Y * S = 0,5 * 180 = 90 Erlang.

Berikut ini beberapa istilah trafik lainnya :

GOS (Grade of Service) adalah Probabilitas banyak call yang akan direject (lost call) oleh system. Contoh suatu system telekomunikasi mempunyai GOS 0,2 % , berarti dari 1000 call akan ada 2 call yang tidak diteruskan.

Trafik yang ditawarkan (Offered Traffic) (To) adalah Jumlah rata-rata upaya pendudukan selama periode waktu yang sama dengan waktu rata-rata pendudukan dari pendudukan yang sukses. Dapat juga dianggap sebagai jumlah occupansi (pendudukan) dan call congested dikalikan dengan rata – rata holding time dari pendudukan.

Trafik yang dimuat (Carried Trafic) (Tc) adalah Jumlah rata-rata simultaneous call selama interval waktu tertentu. Bagian dari offered traffic yang dapat dilayani dan diteruskan oleh system. Atau dapat juga menggunakan definisi dari intenstitas trafik.

Trafik yang ditolak (Lost Trafic) (TL ) adalah Bagian dari offered trafik yang tidak dapat dilayani oleh sistem, dimana penyebabnya dapat berupa karena kongesti, ataupun error dalam switching proses.

To = Tc + TL

Attempt adalah segala jenis action yang menginisiate proses pembentukan hubungan. Attempt mengakibatkan sebuah device/circuit berubah statusnya dari idle menjadi busy/sibuk atau trafik di suatu kannal terukur.

source:
mobileindonesia.net
mblank.multiply.com

Access code SLJJ 011 and 017 (flash back)

Dengan adanya Surat Keputusan Menteri Perhubungan (SK Menhub) Nomor 04 Tahun 2004 tentang pergantian kode akses SLJJ, maka berakhirlah era monopoli dalam bisnis SLJJ. Selanjutnya pemerintah memberikan license SLJJ yang baru kepada Inodat. Jadi saat ini kode akses SLJJ ada 2, yaitu 011 milik Indosat dan 017 milik Telkom. Jadi nantinya pelanggan telepon (fixed dan mobile) yang akan menghubungi pelanggan fixed line/fixed wireless, tidak cukup hanya men-dial kode area + nomor telepon tujuan saja (seperti sekarang), tapi harus men-dial : kode akses SLJJ (011 atau 017) + kode area + nomor telepon tujuan. Dan untuk mengimplementasikan hal ini, baik Indosat maupun Telkom harus menerapkan dua kode akses SLJJ ini di dalam system jaringan telekomunikasi mereka.


Pada tanggal 31 Oktober 2007 yang lalu, pemerintah melalui BRTI mengeluarkan peringatan kedua kepada PT Telkom terkait dengan implementasi kode akses SLJJ PT Telkom (017) di 5 kota, yaitu Medan, Batam, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Dalam surat peringatan ini pemerintah juga mengharuskan PT Telkom untuk mengimplementasikan kode akses SLJJ di 5 kota tersebut paling lambat tanggal 3 November 2007. Sebelumnya, pada tanggal 2 Oktober 2007, pemerintah juga telah memberikan surat peringatan yang pertama kepada PT Telkom terkait dengan penerapan kode akses SLJJ ini.



Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ)

SLJJ (sambungan Langsung Jarak Jauh) dapat diartikan sebagai panggilan telepon ke pelanggan fixed line / fixed wireless yang berada di daerah dengan kode area yang berbeda dengan pelanggan pemanggil. Dalam memanggil nomor tujuan, pemanggil akan men-dial kodea area + nomor telepon tujuan. Gambar di bawah ini menunjukan skema umum panggilan SLJJ yang dilakukan oleh pelanggan fixed di kota A ke pelanggan fixed line di kota B.

Panggilan dari pelanggan A akan diteruskan oleh sentral lokal-nya ke sentral tol (disebut juga sentral telepon SLJJ) di kota A. Dengan menggunakan kode area yang di-dial pelanggan A, Sentral Tol A akan mengetahui di kota mana sentral Tol pelanggan B berada. Kemudian dari sentral Tol B, panggilan akan diteruskan ke sentral telepon lokal pelanggan B dan kemudian, bila pelanggan B tidak dalam kondisi idle, maka tersambunglah pelanggan A dan pelanggan B.

Skenario di atas hanya berlaku dahulu, pada saat operator yang memiliki license bisnis SLJJ hanya 1 operator, yaitu Telkom. Sekarang, pada saat operator yang memiliki lincese SLJJ ada 2, yaitu Telkom dengan kode akses SLJJ 017 dan Indosat dengan kode akses 011, setiap pelanggan yang ingin melakukan panggilan SLJJ tidak cukup hanya dengan mendial kode area kota tujuan dan nomor telepon tujuan saja. Tetapi yang harus di-dial oleh pelanggan A ialah : kode akses SLJJ (017 atau 111) + kode area kota tujuan + nomor telepon tujuan. Jadi pelanggan harus memilih menggunakan kode akses SLJJ Telkom atau kode akses SLJJ Indosat. Gambar di bawah ini menunjukan skema umum panggilan SLJJ dengan 2 operator SLJJ, yaitu Telkom dan Indosat.

Metode pemilihan kode akses SLJJ sendiri dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu metode pre-selection dan metode call-by-call selection.

Pada metode pre-selection, pelanggan yang akan melakukan panggilan SLJJ dapat langsung mendial kode area + nomor telepon tujuan tanpa perlu menentukan kode akses SLJJ mana yang akan digunakannya. Hal ini dimungkinkan karena pelanggan telah menentukan sejak awal operator SLJJ mana yang akan digunakannya untuk melakukan panggilan SLJJ dan data kode akses pilihan pelanggan ini disimpan pada database di dalam sistem jaringan operator pelanggan yang bersangkutan. Jadi setiap kali pelanggan akan melakukan panggilan SLJJ, dia akan menggunakan kode akses SLJJ yang telah dipilihnya sebelumnya.

Dalam metode Call-by-Call selection, setiap kali pelanggan yang akan melakukan panggilan SLJJ dia harus mendial kode akses SLJJ dahulu baru diikuti dengan kode area dan nomor telepon tujuan (kode akses SLJJ + koe area + nomor telepon tujuan). Jadi penentuan kode akses SLJJ mana yang akan digunakan pelanggan dilakukan pada saat pelanggan akan melakukan setiap panggilan SLJJ.

Kontroversi

Terkait dengan penerapan kode akses SLJJ Telkom dan Indosat di kedua system jaringan operator tersebut, muncul beberapa kontroversi di pihak - pihak yang terkait. Masing-masing pihak memiliki argumentasi masing-masing dan merasa benar dengan argumentasinya, sehingga penerapan 2 kode akses SLJJ ini sampai saat ini belum dapat diterapkan dan karena itulah pemerintah mengeluarkan surat peringatan pertama dan kedua kepada PT Telkom.

Pemerintah berpendapat, penghapusan monopoli dalam bisnis SLJJ ini bertujuan untuk meningkatkan performance dan daya saing Telkom sehingga dapat berbicara lebih banyak di level yang lebih tinggi. Pemerintah juga berpendapat bahwa dengan penghapusan monopoli ini, kwalitas pelayanan yang diterima masyarakat akan menjadi lebih baik dan tarif layanan SLJJ akan lebih bersaing. Karena itulah pemerintah mendesak PT Telkom untuk segera mengimplementasikan penggunaan 2 kode akses SLJJ di jaringan telepon miliknya. Dalam hal ini, pemerintah menyadari bahwa dalam tahap impementasinya, PT Telkom adalah pihak yang dirugikan, karena itu pemerintah akan memberikan kompensasi berupa materi (Rp478 miliar ) dan juga license penyelenggaraan SLI kepada PT Telkom.

PT Telkom sendiri sampai saat ini belum mau/mampu untuk mengimplementasikan 2 kode akses di system jaringan fixed line miliknya. Terkait dengan keterlambatan ini, Telkom mengemukakan beberapa alasan, saran dan pertimbangan, antara lain :

  • Telkom berpendapat bahwa keseluruhan waktu yang diberikan untuk pengimplementasian kode akses SLJJ ini terlalu singkat, karena banyak hal yang harus dilakukan oleh Telkom untuk dapat melakukan perubahan ini dengan baik, antara lain Telkom harus sosialisasi kepada para stakeholders, penyesuaian teknis, penyediaan ling system, support system dan lainnya. Dan semua Itu tidak sederhana dan butuh waktu serta biaya besar. Dari hitung-hitungan Telkom, mereka membutuhkan dana sekitar Rp 3,4 triliun untuk melakukan seluruh rangakaian kegiatan dalam rangka pengimplemenasian kode akses SLJJ ini di jaringan mereka.
  • Terkait dengan peringatan kedua yang diterimanya, Telkom beranggapan waktu yang diberikan pemerintah terlalu singkat karena bertepatan dengan libur panjang ramadhan dan lebaran.
  • Karena Telkom adalah pemilik pelanggan fixed line terbesar, maka pembukaan kode akses SLJJ untuk operator lain hanya akan merugikan PT Telkom. Operator lain, yang saat ini memiliki jumlah pelanggan fixed lain sangat sedikit akan dapat langsung dapat mengambil keuntungan dari biaya interkoneksi penggunaan kode akses SLJJ ini. Sedangkan Telkom, nyaris tidak akan mendapat keuntungan sedikitpun dari operator lain, karena jumlah pelanggan operator lain yang jauh lebih sedikit dari pelanggan fixed line Telkom.
  • PT Telkom melihat adanya ketidakadilan pemerintah dalam menegur opertor-operator telekomunikasi lain terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan penerapan kode akses. Contohnya operator lain yang diwajibkan untuk memperluas basis pelanggan PSTN-nya, tapi belum mampu menunjukan tingkat pertumbuhan pelanggan yang signifant. Sedangkan terkait dengan pembukaan kode akses SLJJ, jumlah basis pelanggan sangatlah penting. Dan dalam hal ini pemerintah tidak memberikan peringatan yang tegas, seperti yang pemerintah lakukan kepada Telkom.
  • Telkom menilai, kompensasi yang diberikan pemerintah terkait dengan kode akses SLJJ ini tidaklah sebanding dengan effort yang harus dikeluarkan Telkom. Dan untuk itu, Telkom mengusulkan agar pembedaan kode akses SLJJ ini tidak murni harus memberikan dua kode akses SLJJ yang baru. Dalam hal in sebagai kompensasi bisa saja kode akses SLJJ yang baru hanya diberikan untuk operator SLJJ yang baru, sedangkan untuk Telkom, dalam mengkases kode SLJJ Telkom, pelanggan cukup men-dial kode area + nomor telepon tujuan saja (seperti yang dilakukan pada saat hanya ada satu operator SLJJ).

Usulan Lain

Selain pendapat dan argumentasi di atas, ada beberapa pendapat lain yang mencoba untuk memberi masukan untuk mencari jalan keluar terbaik dan fair dalam masalah kode akses SLJJ ini. Salah satunya adalah usulan untuk menetapkan metode seleksi kode akses SLJJ pre-selection yang berdasarkan operator B-number. Jadi pelanggan Telkom yang akan melakukan panggilan SLJJ ke sesama pelanggan Telkom akan otomatis menggunakan kode akses Telkom (017). Tapi kalau pelanggan Telkom akan melakukan panggilan SLJJ ke pelanggan Indosat, dia akan menggunakan kode akses Indosat (011). Begitu juga sebaliknya (pelanggan Indosat yang akan melakukan panggilan SLJJ ke sesama pelanggan Indosat akan menggunakan kode akses Indosat. Tapi apabila pelanggan Indosat akan melakukan panggilan SLJJ ke pelanggan Telkom dia akan menggunakan kode akses Telkom). Begitu juga dengan pelanggan seluler, apabila mereka ingin menghubungi pelanggan Telkom maka mereka akan menggunakan kode akses SLJJ Telkom dan apabila mereka akan menghubungan apelanggan fixed line Indosat maka mereka akan menggunakan kode akses Indosat. Pengaturan metode pre-seleksi ini dilakukan di sentral lokal (MSC untuk operator seluler) masing-masing operator. Di sisi pelanggan, pelanggan tidak perlu men-dial kode akses SLJJ, tapi cukup mendial kode area dan nomor Telepon tujuan saja (sama seperti sekarang). Jadi sentral Lokal pelanggan yang akan melakukan pengecheck-an apakah panggilan SLJJ yang akan dilakukan ke arah pelanggan operator yang sama atau ke operator yang berbeda. Cara seperti ini dinilai cukup fair karena akan memacu masing-masing operator untuk meningkatkan jumlah pelanggan fixed linenya. Sehingga pemerataan pembangunan telekomunikasi ke daerah-daerah yang selama ini kurang diminati operator telekomunikasi akan ikut terbantu, karena makin banyak jumlah pelanggan fixed line suatu operator makan akan makin besar keuntungan yang bisa diraih oleh operator itu dari bisnis SLJJ ini. Dengan cara ini, pelanggan juga tidak akan binggung, karena pemilihankode akses akan dilakukan oleh sistem, sedangkan yang di-dial pelanggan akan tetap sama sperti pada saat hanya ada 1 operator SLJJ.

Selain itu, ada lagi pendapat yang lebih liberal. Pengusung pendapat ini beralasan bahwa apabila penerapan kode akses Indosat dan Telkom ini bertujuan agar baik Telkom maupun Indosat dapat meningkatkan daya saing mereka masing-masing sehingga dapat berbicara lebih banyak di level yang lebih tinggi (region Asia misalnya) dan agar kualitas layan mereka dapat lebih ditingkatkan. Atau agar monopoli di bisnis SLJJ dapat dihapuskan sehingga tarif dapat menjadi lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Maka, mengapa tidak sekalian saja memberlakukan sistem seleksi kode akses SLJJ call-by-call selection tapi dengan operator SLJJ yang lebih banyak. Artinya license SLJJ ini diberikan kepada operator lainnya juga (baik operator fixed line, fixed wireless ataupun operator seluler). Hal ini sangat dimungkinkan karena sebagian besar operator-operator tersebut, seperti Telkomsel dan XL, dan Bakrie Tel telah memiliki infrastruktur yang mendukung di seluruh Indonesia, khusunya di beberapa kota besar. Jadi semua operator telekomunikasi (baik fixed line, fixed wireless, maupun seluler) memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi operator SLJJ walaupun mereka tidak memilki pelanggan fixed line. Dan untuk terjun ke dalam bisnis ini mereka cukup menyedia infrastruktur trunk/SLJJ yang mungkin hanya terdiri dari beberapa sentral telepon yang dapat difungsikan sebagai sentral telepon interlokal (tol exchange) di beberapa kota dan infrastruktur SLJJ ini dihubungkan dengan sentral telepon fixed lline milik Indosat dan Telkom sebagai operator fixed line. Atau kenapa pemerintah tidak sekalian juga mengijinkan operator yang benar-benar baru yang mungkin mereka hanya ingin/tertarik bermain secara khusus dalam bisnis SLJJ ini saja (operator khusus SLJJ, yang tidak memiliki pelanggan). Dalam dalam memilih kode akses yang digunakan oleh pelanggan dipakai metode call-by-call. Jadi pelanggan telekomunikasi dapat benar-benar bebas memilih operator SLJJ mana yang akan mereka gunakan, dan pilihan yang ada juga lebih banyak sehingga ini akan berdampak pada kualitas layanan yang lebih baik dan tarif yang bersaing. Skema hubungan SLJJ dengan sistem ini kira-kira dapat digambarkan sebagai berikut :

source:
mobileindonesia.net
mblank.multiply.com

Wireless and Wireline

Sistem telepon wireline atau yang dikenal juga dengan sebutan PSTN (Public Switch Telephone Network) atau yang di Indonesia sering juga disebut telepon kabel jelas berbeda dengan system telepon wireless atau yang disebut juga system seluler. Tapi, seperti apakah perbedaan kedua system ini? Apakah bedanya cuma karena yang satu pake kabel dan yang satu tidak? Mungkin uraian sederhana dibawah ini dapat sedikit memberi gambaran tentang perbanding kedua system telepon ini.

Wireline
System telepon wireline perkembang jauh sebelum orang mengenal system telepon wireless, yaitu pada sekitar tahun 1870-an. System ini disebut wireline karena kable digunakan sebagai media tranmisi yang menghubungkan pesawat telepon pelanggan dengan perangkat di jarinagan telepon milik operator. Gambar di bawah ini menunjukan arsitektur jaringan telepon wireline secara umum.

Gambar 1 -Arsitektur jaringan system wireline

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pesawat telepon pelanggan di rumah-rumah dihubungkan dengan sentral telepon (switching unit) dengan menggunakan media kabel. Secara umum komponen jaringan yang digunakan dalam sebuah jaringan telepon wireline adalah :

  • Sentral Telepon (switching unit) : adalah perangkat yang berfungsi untuk melakukan proses pembangunan hubungan antar pelanggan. Sentral telepon juga melakukan tugas pencatatan data billing pelanggan.
  • MDF (Main Distribution Frame) : adalah sebuah tempat terminasi kabel yang menghubungkan kabel saluran pelanggan dari sentral telepon dan jaringan kable yang menuju ke terminal pelanggan. Bila sebuah sentral telepon memiliki 1000 pelanggan, maka pada MDF-nya akan terdapat 1000 pasang kabel tembaga yang terpasang pada slot MDF-nya, dimana setiap pasang kabel tembaga ini akan mewakili satu nomor pelanggan. Dan 1000 pasang kabel yeng terpasang di slot MDF ini akan di-cross coneect dengan 1000 pasang kable lain yang berasal dari saluran pelanggan yang menuju ke pesawat terminal pelanggan. Jadi bila seorang pelanggan ingin agar nomor teleponnya diganti dengan nomor lain, maka proses perubahan nomor ini dapat dengan mudah dilakukan dengan merubah koneksi saluran pelanggan di MDF-nya. MDF bisanya diletakan pada satu gedung yang sama dengan sentral teleponnya (berdekatand engansentral telepon).
  • RK (Rumah Kabel) : juga merupakan sebuah perangkat cross connect saluran pelanggan, hanya saja ukurannya lebih kecil. Jadi dari MDF, kable saluran pelanggan akan dibagi-bagi dalam kelompok yang lebih kecil dan masing-masing kelompok kabel akan didistrubikan ke beberapa RK. Dan dari RK, kable saluran pelanggan ini akan dibagi-bagi lagi ke dalam jumlah yang lebih kecil dan terhubung ke beberapa IDF. Bentuk phisik RK adalah sebuah kotak (biasanya berwarna putih) dan banyak kita temui dipinggir-pinggir jalan.
  • IDF (Intermediate Distribution Frame) : juga merupakan sebuah perangkat cross connect kabel saluran pelanggan, dengan ukuran yang lebih kecil dari MDF dan RK. Secara phisik, IDF berbentuk kotak-kotak (biasanya warna hitam) yang terpasang pada tiang-tiang telepon.
  • TB (Terminal Box) : juga merupakan cross connect kabel saluran pelanggan yang menghubungkan antara kabel saluran pelanggan di dalam rumah dengan yang diluar rumah. Secara phisik, TB berbentuk kotak yang terpasang di rumah-rumah pelanggan.
  • Pesawat telepon pelanggan : perangkat yang berfungsi sebagai transceiver (pengirim dan penerima) sinyal suara. Pesawat pelanggan juga dilengkapi dengan bell dan keypad DTMF yang berfungsi untuk mendial nomor pelanggan.
Wireless
System telepon wireless mulai berkembang sekitar tahun 1970-an. Sistem telepon wireless berkembang karena adanya tuntutan kebutuhan dari pengguna untuk dapat tetap melakukan pembicaraan telepon walaupun mereka sedang dalam perjalanan ataupun sedang tidak ada di rumah. Dalam perkembangannya, teknologi wireless berkembang sangat cepat, dari mulai teknologi generasi pertama (1G) seperti AMPS, kemudian berkembang ke teknologi generasi kedua (2G) seperti GSM dan CDMA, kemudian berkembang ke teknologi generasi ketiga (3G) seperti UMTS. Semua perkembangan teknologi wireless ini dicapai dalam waktu yang relative cepat. Gambar di bawah ini menunjukan arsitektur jaringan sebuah system telepon wireless, dalam hal ini dicontohkan jaringan system GSM.

Gambar 2 -Arsitektur jaringan system wireless

Secara umum, arsitektur jaringan system telepon wireless baik itu system 1G, 2G, maupun 3G, terdiri dari 3 kelompok network element, yaitu Mobile Susbcriber atau perangkat pelanggan, network eleemnt radio, dan network element core .

  • Perangkat Pelanggan : adalah element jaringan system wireless yang terdapat di sisi pelanggan. Dalam system GSM perangkat pelanggan disebut dengan MS (Mbobile Subscriber) dan dalam system 3G disebut dengan UE (User Equipment). Ciri khas perangkat pelangganpada system wireless ialah ia bersifat protable (dapat dibawa kemana-mana) dan dilengkapi dengan kartu pelanggan (sim card) sebagai kartu identitas pelanggan. Sedangkan fungsinya relatif sama dengan perangkat pelanggan pada system wireline (fungsi tranceiver sinyal informasi berupa suara/multimedia dan dilengkapi dengan bell dan keypad DTMF.
  • Network Element Radio : adalah element jaringan yang menghubungkan perangkat pelanggan dengan network element core yang merupakan network element utama system. Fungsi utama network element radio adalah melakukan fungsi-fungsi mobile management, yaitu melayani dan mensupport pelanggan-pelanggan yang selalu bergerak agar tetap dapat terhubung dengan system jaringan. Fugsi lainnya ialah melakukan fungsi-fungsi radio resource management yaitu mengatur kebutuhan resource di sisi radio akses network yang bertujuan agar setiap permintaan hubungan dari pelanggan dapat dilayani.
  • Network element core : adalah perangkat-perangkat yang melakukan fungsi-fungsi penyambungan hubungan (switching dan routing). Dalam perkembangannya, network element core akan dilengkapi dengan network element - network element VAS (Value Added Service) yang fungsinya untuk mensupport sebuah hubungan dalam rangka diversivikasi service, seperti SMSC (untuk SMS), MMSC (untuk MMS), IVR (untuk voice recording), IN (untuk billing online dan service-service IN lain seperti televoting, VPN, dll), network element RBT (untuk service Ring Back Tone), dll.
Wireline vs Wireless

Gambar 3 - Perbandingan Perangkat Switching pada wireline dan wireless

Tabel di bawah ini memperlihatkan beberapa perbedaan antara system telepon wireline dan wireless.


Wireline

Wireless

Perangkat Pelanggan

Tidak dilengkapi dengan SIM card. Proces pergantian nomor identitas pelanggan dilakukan dengan merubah terminasi saluran kabel yang terhubung dengan pesawat pelanggan di rumah, hal ini dapat dilakukan dari titik-titik cross connect saluran kabel seperti di IDF, RK, ataupun MDF.

Dilengkapi dengan smard chip yang berfungsi sebagai SIM (Subscriber Identity Module) card yang merupakan kartu identitas pelanggan. Dengan SIM card, proces pergantian nomor pelanggan dapat dilakukan dengan lebih mudah, yaitu dengan hanya mengganti SIM card yang digunakan pelanggan.

Perangkat pelanggan dihubungkan ke system jaringan wireline dengan menggunakan kabel (saluran phisik), sehingga tidak dapat dibawa-kemana-mana.

Perangkat pelanggan dihubungkan ke system jaringan wireless dengan menggunakan gelombang elektromagnetik (saluran non-phisik) sehingga dapat dibawa bepergian (mobile).

Secara umum fungsi perangkat pelanggan di kedua system SAMA, perkembangan teknologi memungkinkan perangkat pelanggan di kedua system ini untuk melakukan fungsi yang sama seperti untuk melakukan hubungan voice, data, ataupun multimedia.

Network Element Jaringan

Pelanggan dihubungkan ke network element core engan menggunakan saluran kabel. Network element yang ada di antara pelanggan dan network element core adalah network element yang fungsinya sebagai tempat cross connect saluran kabel pelanggan yang fungsinya relative lebih sederhana.

Ciri khasnya ialah digunakannya network element radio akses yang fungsinya untuk menghubungkan pelanggan yang terus bergerak (berpindah-pindah tempat) dengan network element core. Dalam hal ini pelangganakan dihubungkan ke system jaringan dengan menggunakna media transmisi gelombang elektromagnetik. Jadi tidak menggunakan kabel seperti pada system wireline.

Untuk perangkat switching, secara umum fungsi perangkat switching (network element core) kedua system ini sama. Artinya perangkat switching di system wireline sebenarnya bisa dipakai juga sebagai perangkat switching dis sytem wireless. Tapi ada suatu perubahan yang harus dilakukan yang terkait dengan perubahan sifat pelangan (subscriber) yang tadinya tidak bergerak (tetap) menjadi terus bergerak dan berpindah-pindah tempat. (Lihat Gambar 3 di atas)

Untuk network element lain yang digolongkan dalam network element VAS, pada umumnya sama, network element ini pada dasarnya berfungsi untuk mensupport service-service yang diberikan ke pelanggan. Dan network element ini dapat digunakan baik di system wireless maupun system wireline.

Service

Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, pada dasarnya semua services yang ada di system wireline dapat diimplementasikan juga pada system wireless, baik itu service-service voice, data, maupun multimedia. Hanya saja, ada beberapa service yang hanya ada pada system wireless, seperti service-service LBS (Location base Service). Hal ini karena service ini merupakan service yang memanfaa’tkan nilai dari informasi lokasi pelanggan wireless yang berubah-ubah.

Tingkat Keamanan

Pembicaraan pelanggan sangat mudah untuk disadap, hal ini karena media kabel yang digunakan. Hanya dengan memparalel perangkat lain ke saluran kabel pelanggan, seseorang sudah dapat mendengarkan semua isi pembicaraan pelanggan.

Relatif lebih aman.

Ada proces authentikasi yang akan melakukan proces filtering yang menentukan pelanggan yang boleh terhubung dengan system jaringan dan boleh melakukan call.

Ada proces encrypsi yang akan melakukan proces penyandian terhadap informasi yang dikirim/diterima oleh perangkat pelanggan. Sehingga isi pembicaraan pelanggan tidak mudah disadap.

source:
mobileindonesia.net
mblank.multiply.com

Base Transceiver Station (BTS)

Base Transceiver Station (BTS) adalah bagian dari network element GSM yang berhubungan langsung dengan Mobile Station (MS). BTS berhubungan dengan MS melalui air-interface dan berhubungan dengan BSC dengan menggunakan A-bis interface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima (transciver) sinyal komunikasi dari/ke MS serta menghubungkan MS dengan network element lain dalam jaringan GSM (BSC, MSC, SMS, IN, dsb) dengan menggunakan radio interface. Secara hirarki, BTS akan terhubung ke BSC, dalam hal ini sebuah BSC akan mengontrol kerja beberapa BTS yang berada di bawahnya. Karena fungsinya sebagai transceiver, maka bentuk pisik sebuah BTS pada umumnya berupa tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver, dan perangkatnya. Sebuah BTS dapat mecover area sejauh 35 km (hal ini sesuai dengan nilai maksimum dari Timing Advance (TA)). Fungsi dasar BTS adalah sebagai Radio Resource Management, yaitu melakukan fungsi-fungsi yang terkait dengan :
  • meng-asign channel ke MS pada saat MS akan melakukan pembangunan hubungan.
  • menerima dan mengirimkan sinyal dari dan ke MS, juga mengirimkan/menerima sinyal dengan frekwensi yang berbeda-beda dengan hanya menggunakan satu antena yang sama.
  • mengontrol power yang di transmisikan ke MS.
  • Ikut mengontrol proces handover.
  • Frequency hopping
Gambar di bawah ini menunjukan blok diagram sebuah BTS dengan sebuah TRX.



  • Module Transmitter/Receiver : Module ini berfungsi untuk menerima dan mengirimkan signal dari/ke MS dan dari/ke BSC. Proces-proces digital sinyal processing seperti modulasi dan demodulasi juga dilakukan di modul ini.
  • Module Operation dan Maintenance (O&M) : Module ini paling tidak terdiri dari sebuah central unit yang mengatur kerja seluruh perangkat BTS. Untuk tujuan penaturan kerja ini, module ini dihubungkan dengan BSC dengan menggunakan channel O&M. Hal ini menagakibatkan module O&M dapat memproces command yang diberikan dari BSC atau dari MSC dan melaporkan hasilnya. Module O&M juga memiliki sebuah Human Machine Interface (HMI) yang memungkinkan petugas untuk melakukan maintenance dan control BTS secara lokal (tanpa melalui BSC atau MSC).
  • Module Clock : Module ini sebenarnya termasuk bagian dari module O&M. Fungsi module ini adalah sebagai module yang men-generate dan mendistribusikan clock. Walaupun lebih banyak keuntungannya bila menggunakan reference clock dari sinyal PCM pada A-bis interface, tapi penggunaan internal clock di BTS adalah sebuah keharusan (mandatory), hal ini khususnya diperlukan bila sebuah BTS harus di-restart dalam kondisi standalone (tanpa koneksi ke BSC) atau ketika terjadi link failure yang mengakibatkan clock PCM-nya tidak tersedia.
  • Filter Input & Output : Module ini terdiri dari filter input dan filter output yang fungsinya untuk membatasi bandwidth sinyal yang diterima dan ditarnsmisikan oleh BTS. Filter input pada dasarnya adalah sebuah wideband filter yang non-adjustable (tidak dapat diatur-atur). Artinya pada arah uplink (dari MS ke BTS) filter input ini akan menerima dan melewatkan semua sinyal yang berada dalam rentang frekwensi GSM, baik itu frekwensi GSM 900, DCS 1800, ataupun PCS 1900. Berbeda dengan filter output yang berkerja pada arah downlink (dari BTS ke MS). Filter output adalah sebuah filter wideband yang adjustable, dimana filter ini akan membatasi bandwidth sinyal yang ditansmisikan oleh BTS dalam rentang 200 kHz. Filter output juga dapat mengatur besar frekwensi yang akan digunakan oleh BTS untuk men-transmisikan sinyal ke MS. Perubahan besarnya frekwensi yang digunakna ini dapat dilakukan melalui module O&M.
source:
mobileindonesia.net
mblank.multiply.com